A. Pesan (Kode Verbal dan Nonverbal)
Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, kita tidak bisa melepaskan diri dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode.
Simbol dan Kode
Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami.
Manusia dalam keberadaannya memang memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya. Kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari simbol yang sederhana seperti bunyi dan isyarat, sampai kepada simbol yang dimodifikasi dalam bentuk sinyal-sinyal melalui gelombang udara dan cahaya seperti radio, TV, telegram, telex, dan satelit.
Tidak sama antara simbol dan kode dan kedua konsep itu. Simbol adalah lambang yang memiliki suatu objek, sementara kode adalah seperangkat simbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur sehingga memiliki arti. Sebuah simbol yang tidak memiliki arti bukanlah kode. Kata David K. Berlo (1960).
Lampu lalu lintas yang dipasang di pinggir jalan misalnya adalah simbol polisi lalu lintas, sedangkan simbol warna yang telah disusun secara tearatur menjadi kode bagi pemakai jalan. Begitu juga halnya dengan letusan misalnya, ia adalah simbol dari senjata atau ban mobil yang pecah. Akan tetapi kalau letusan itu berlangsung 21 kali, ia menjadi kode penghormatan kepada tamu negara.
Ketika terjadi kesalahan komunikasi, misalnya dibeberapa daerah pedalaman yang masih tradisional, banyak pendatang kesasar dan menjadi korban penduduk asli karena tidak mengenal simbol atau kode yang digunakan oleh penduduk setempat.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua kode itu memiliki unsur nyata, memiliki arti, tergantung pada persetujuan para pemakainya, memiliki fungsi, dapat dipindahkan bisa melalui media atausaluran komunikasi lainnya. Kode dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :
1. Kode Verbal
Dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa menjadi peralatan yang sangat penting dalam memahami lingkungan. Melalui bahasa, kita dapat mengetahui sikap, perilaku, dan pandangan suatu bangsa, meski kita belum pernah berkunjung ke negaranya. Tidak hanya itu, bahasa mengembangkan kemampuan kita, agar kita dapat menerima sesuatu dari luar dan juga berusaha untuk menggambarkan ide-ide kita kepada orang lain.
Melalui bahasa nasional, orang bisa berhubungan tanpa memandang agama dan warna kulit. Demikian pula dengan bahasa Inggris yang sudah diakui dunia sebagai bahasa Internasional sehingga memudahkan orang bisa ke mana-mana tanpa menemukan kesulitan.
2. Kode Nonverbal
Kode nonverbal biasa disebut dengan bahasa isyarat atau bahasa diam. Kode ini sudah lama menarik perhatian para ahli terutama dari kalangan antropologi, bahasa, bahkan dari bidang kedokteran.
Dalam studi Mrk Knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk :
a. meyakinkan apa yang diucapkannya
b. menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata
c. menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya
d. menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna
Pemberian arti terhadap kode nonverbal sangat dipengaruhi oleh sistem sosial budaya masyarakat yang menggunakannya. Misalkan meludah di depan orang dipandang oleh beberapa kelompok masyarakat di Asia sebagai perbuatan yang kurang terpuji. Tetapi pada beberapa suku Indian di Amerika diartikan sebagai penghormatan, di Afrika sebagai penghinaan dan pada beberapa suku, di Eropa Timur sebagai lambang kesialan. Kode nonverbal dapat dikelompokan dalam beberapa bentuk, antara lain :
a. kinesics
ialah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Gerakan-gerakan badan bisa dibedakan atas lima macam berikut.
b. gerakan mata
mata sebagai alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat tanpa kata. Bahkan ada yang menilai bahwa gerakan mata adalah pencerminan hati seseorang. Bahwa bila seorang tertarik pada suatu objek tertentu, maka pandangannya akan terarah pada objek itu tanpa putus dalam waktu yang relatif lama, dengan bola mata cenderung menjadi besar.
c. sentuhan
isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Seperti simbol keakraban bisa dengan bergandengan tangan, sebagai persahabatan bisa dengan jabat tangan atau merangkul, dan menepuk punggung sebagai tanda persahabatan yang intim.
d. paralanguage
isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang diucapkan. Suatu kesalahpahaman sering kali terjadi kalau komunikasi berlangsung dari etnik yang berbeda. Suara yang bertekanan besar bisa disalahartikan oleh etnik tertentu sebagai perlakuan kasar, meski menurut kata hatinya tidak demikian.
e. diam
berbeda dengan tekanan suara, sikap diam juga merupakan kode nonverbal yang mempunyai arti. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap berdiam diri sangat sulit diterka, apakah orang itu malu, cemas atau marah. Banyak orang mengambil sikap diam karena tidak mau menyatakan sesuatu yang menyakitkan orang lain. Perilaku yang seperti ini banyak dilakukan orang yang mengambil sikap netral dan mau aman.
f. postur tubuh
pada tubuh yang bertipe ectomorphy (kurus tinggi) dilambangkan dengan orang yang punya sikap ambisi, pintar, kritis, dan sedikit cemas. Bagi mereka yang tergolong bertubuh mesomorphy (tubuh tegap) dilambangkan sebagai pribadi cerdas, bersahabat, aktif, dan kompetitif. Sementara tubuh yang bertipe endomorphy (bentuk tubuh pendek, bulat, dll) digamparkan sebagai pribadi harmonis, santai, dan cerdik.
g. kedekatan dan ruang
sommer (1961) dalam bukunya Leadership and Group Geography menemukan, bahwa para pemimpin yang duduk di depan meja segi empat panjang, cenderung dipilih sebagai pemimpin kelompok, sedangkan Here dan Bales (1963) menemukan bahwa orang yang banyak bicara dalam rapat umumnya duduk pada posisi kursi yang lebih tinggi.
h. artifak atau visualisasi
artifak adalah hasil kerajinan manusia baik yang melekat pada diri manusia maupun yang ditujukan untuk kepentingan umum.Ini juga menunjukkan status atau identitas diri seseorang atau suatu bangsa. Misalnya baju, topi, pakaian dinas, cincin, gelang, alat transportasi, alat rumah tangga, arsitektur, monumen, patung, dsb.
i. warna
di Indonesia warna hijau sering diidentikkan dengan warna Partai Persatuan Pembangunan, kuning sebagai warna Golongan Karya, dan merah sebagai warna Partai Demokrasi Indonesia.
j. waktu
ungkapan Time is money membuktikan bahwa waktu itu sangat penting bagi orang yang ingin maju. Oleh karena itu orang yang sering menepati waktu dinilai sebagai orang yang berpikiran modern. Bagi masyarakat tertentu, melakukan sesuatu pekerjaan sering kali melihat waktu. Misalnya membangun rumah, menanam padi, melaksanakan pertanian, dsb.
k. bunyi
seperti bersiul, bertepuk tangan, bunyi terompet, letusan senjata, beduk, tambur, sirine, dsb.
l. bau
selain melambangkan status seperti kosmetik,bau juga dapat dijadikan sebagai petunjuk arah. Misalnya posisi bangkai, bau karet terbakar, dsb.
B. Pentingnya Pengorganisasian Pesan
Dalam suatu organisasi, pesan-pesan yang disampaikan oleh pemimpin kepada para bawahan, terkadang tidak terorganisasi dengan baik. Hal ini menyebabkan pesan-pesan yang disampaikan tidak mengenai sasaran atau hasilnya tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Dengan mengatur ide-ide secara logis, berurutan, dan tidak bertele-tele, ide yang disampaikan akan dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan informasi, motivasi, maupun praktis bagi audiens. Mengorganisasi pesan-pesan secara baik adalah suatu keharusan dan menjadi tantangan bagi komunikator. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengorganisasi pesan-pesan yang baik sebagai berikut :
1. Subjek dan tujuan harus jelas.
2. Semua informasi harus berhubungan dengan subjek dan tujuan.
3. Ide-ide harus dikelompokkan dan disajikan dengan cara yang logis.
4. Semua informasi yang penting harus sudah tercakup.
Suatu pesan yang disusun dengan baik akan membantu bagi audiens terutama dalam hal-hal berikut ini :
1. Memahami pesan yang disampaikan
Dengan mengemukakan hal-hal penting secara jelas, menyusun ide-ide secara logis dan berurutan, dan memasukan semua informasi yang relevan dalam pesan, maka audiens akan lebih mudah dalam memahami maksud dan isi pesan.
2. Membantu audiens menerima pesan
Pengorganisasian pesan-pesan yang baik disamping membantu audiens dalam memahami maksud pesan, juga membantu audiens untuk dapat menerima isi pesan tersebut.
3. Menghemat waktu audiens
Apabila suatu pesan tidak terorganisasi dengan baik, penyampaiannya akan menghabiskan waktu audiens. Salah satu tujuan pengorganisasian pesan-pesan yang baik adalah penyampaian informasi atau ide-ide yang relevan saja. Dengan hanya menyampaikan informasi yang relevan, waktu audiens akan dapat dihemat. Disamping itu, audiens dapat dengan mudah mengikuti alur pemikiran pesan yang disampaikan, tanpa harus memeras otak dan mengerutkan dahi.
4. Mempermudah pekerjaan komunikator.
Pengorganisasian pesan-pesan yang baik dapat membantu pekerjaan komunikator, sehingga dapat selesai lebih cepat dan menghemat waktu. Hal ini merupakan faktor yang penting dalam dunia bisnis, dimana penyelesaian pekerjaan berjalan dengan baik, cepat, dan efisien. Dengan mengetahui apa yang ingin disampaikan, dan mengetahui cara menyampaikannya, rasa percaya diri komunikator akan meningkat. Semakin tinggi rasa percaya diri komunikator, semakin cepat dan efisien dalam menyelesaikan pekerjaan.
Untuk mencapai pengorganisasian pesan-pesan yang baik maka diperlukan suatu cara agar pesan tersebut dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap penggunanya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :
b. Mendefinisikan dan Mengelompokkan Ide
Memutuskan apa yang harus dikatakan adalah masalah mendasar bagi setiap komunikator yang harus dicari pemecahannya. Jika materi memang lemah, tidak memiliki suatu muatan yang menarik, maka akan mengaburkan fakta yang ada.
Apabila penyusunan pesan yang panjang dan kompleks, maka outline sangat diperlukan dan menjadi penting artinya. Hal ini karena dengan adanya outline akan sangat membantu memvisualisasikan hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Selain itu, outline juga membantu untuk mengkomunikasikan ide-ide dengan cara yang lebih sistematik, efisien dan efektif. Melalui perencanaan yang baik outline akan membantu mengekspresikan transisi antara ide-ide sehingga audiens akan memahami pola pikir komunikator.
Susunan suatu outline secara garis besar dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, antara lain :
a. Memulai dengan Ide Pokok, akan sangat membantu dalam menetapkan tujuan dan strategi umum dari suatu pesan. Ide pokok dirangkum ke dalam dua hal yaitu : keinginan terhadap audiens untuk melakukan dan memikirkannya, sebagai alasan yang mendasar bagi audiens mengapa harus melakukan dan memikirkannya.
b. Menyatakan hal-hal pendukung yang penting, yang akan sangat berguna dalam mendukung ide-ide pokok.
c. Membuat ilustrasi dengan bukti-bukti, semakin banyak bukti-bukti yang dapat disajikan, maka outline yang dibuat akan semakin baik.
2. Menentukan Urutan dengan Rencana Organisasional
Setelah mengelompokkan ide-ide, langlah selanjutnya adalah menentukan urutan-urutan terhadap ide-ide tersebut aga selaras dengan rencana organisasional, melalui dua pendekatan yaitu :
a. Pendekatan Langsung (direct approach), sering disebut juga dengan pendekatan deduktif, dimana ide pokok muncul paling awal, kemudian diikuti bukti-bukti pendukungnya. Biasanya reaksi dari audiens akan positif dan menyenangkan jika menggunakan pendekatan ini.
b. Pendekatan Tidak Langsung (indirect approach), atau sering disebut dengan pendekatan induktif, dimana bukti-bukti diletakan paling awal, kemudian baru diikuti dengan ide pokok. Biasanya audiens akan merespon negatif dan tidak menyenangkan.
Setelah menganalisa berbagai kemungkinan respon yang ada dari dalam diri audiens serta telah menemukan suatu pendekatan yang terbaik, maka tahap selanjutnya adalah menentukan jenih pesan yang akan dibuat atau disampaikan. Secara garis besar jenis pesan yang dapat di sampaikan meliputi permintaan langsung (direct request), pesan-pesan rutin, good news atau goodwill, pesan-pesan bad news dan pesan-pesan persuasi
BAB III
KESIMPULAN
Dalam sebuah komunikasi, pesan menjadi hal pokok dan sangat urgen. Pesan menjadi suatu garis besar atau maksud utama dalam suatu komunikasi. Namun kadang kala kita kurang dapat menyusun pesan atau isi komunikasi dengan baik. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh :
a. Bertele-tele
b. Memasukkan bahan-bahan yang tidak relevan
c. Menyajikan ide-ide yang tidak logis
d. Informasi penting kadangkala tidak tercakup dalam pembahasan
Namun guna memaksimalkan kualitas dan hasil dari kumonikasi, pesan perlu di tata atau di organisasikan. Pengorganisasian ini bertujuan agar komunikan dapat menerima dan memahami maksud atau isi pesan yang di sampaikan. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengorganisasi pesan-pesan yang baik sebagai berikut :
1. Subjek dan tujuan harus jelas.
2. Semua informasi harus berhubungan dengan subjek dan tujuan.
3. Ide-ide harus dikelompokkan dan disajikan dengan cara yang logis.
4. Semua informasi yang penting harus sudah tercakup.
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Prof Dr H Hafied, M.Sc. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Morissan, MA dan Dr. Andy Corry Wardhany, M.Si. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Setiadi, Agus. 1997. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: LP3ES
Hery, Wijaya. 2011. Pengorganisasian Pesan-pesan Bisnis. http://wijayahery.blogspot.com/2011/03/pengorganisasian-pesan-pesan-bisnis.html
Prakosa, Adi. 2008. Pesan Verbal dan Non Verbal. http://adiprakosa.blogspot.com/2008/07/pesan-verbal-nonverbal.html